Kelas : 1 KA 35
NPM : 15111365
Dosen : Retmiarti
LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN HUMANIORA
Pendidikan humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang
mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih
manusiawi, yaitu membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada,
sehingga akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan
emosional, kematangan moral dan kematangan spiritual.
Setiap bangsa pasti ditandai dengan pluralitas agama dan
budaya. Kehidupan dalam iklim yang berbeda ini diharapkan manusia atau setiap
pribadi itu memiliki dimensi individual dan sosial. Hal ini sangat berkaitan
dengan bagaimana hidup bersama orang lain, mengembangkan kepekaan untuk saling
menghormati dan menghargai.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu
memiliki akal dan budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang
memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada
tuntutan hidup makhluk lain dan memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang
sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan dari
pendidikan humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya
dan mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis, untuk
kehidupan yang lebih sempurna.
A .
Pengertian Humaniora
Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales
yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno,
humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika.
Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika, pendidikan pancasila,
pendidikan kewarganegaraan, agama dan fenomenologi.
B.
Pentingnya Mempelajari Pendidikan Humaniora
Berbagai macam kasus kekerasan yang terjadi di dalam
kehidupan bermasyarakat, tindakan anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan
bahkan sudah menjadi keseharian. Indikatornya adalah pendidikan belum berperan
signifikan dalam proses membangun kepribadian bangsa yang berjiwa sosial dan
kemanusiaan. Tampaknya, manusia harus lebih “dimanusiakan” lagi.
Keterpurukan bangsa yang berlarut-larut juga berhubungan dengan kegagalan
pendidikan di masa lalu yang mengakibatkan terjadinya proses dehumanisasi.
Gagasan dan langkah menuju pendidikan yang berorientasi
kemanusiaan merupakan salah satu upaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan
yang semakin terkikis. Melalui pendidikan de-humaniora diharapkan
manusia dapat mengenal dirinya, kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat
menundukkan lingkungan alam fisik melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pada prinsipnya, pendidikan humaniora bertujuan membuat
manusiawi/untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia.
C.
Latar Belakang Pendidikan Humaniora
1. Pengertian kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Untuk
lebih jelas dapat dirinci sebagai berikut :
a. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan
dihasilkan manusia yang meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non
material.
b. Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
c. Kebudayaan itu adalah kebudayaan
manusia dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan.
2.Manusia sebagai pengemban nilai-nilai
Di
muka telah dijelaskan bahwa adanya akal dan budidaya pada manusia, telah
menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara keduanya. Oleh
karena itu, akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang
berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang
bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun kedudukannya selalu
berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis kehidupan tersebut.
Hal di atas sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia
memang ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling
mengenal. Saling mengenal di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang
berbeda-beda itu bisa saling melengkapi dalam artian memberi dan menerima.
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan
material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Kehidupan
mereka kurang sempurna, dimensi di dalamnya akan hilang, karena batin mereka kosong
akibatnya tidak akan memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan
justru dapat lebih rusak karenanya.
Material dan spiritual adalah dua hal yang saling
melengkapi. Dua hal ini bagaikan jasad dan ruh. Kebahagiaan material akan
menunjang jasmani kita, sedangkan kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani
kita.
3. Manusia sebagai makhluk termulia
Kalau
kita lihat dari segi bentuk fisiknya maupun yang ada di sebaliknya, tidak
berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk termulia. Di antara
makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa
keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk yang lain, adalah :
a. Manusia mampu mengatur
perkembangan hidup makhluk lain dan menghindarkannya dari kepunahan.
b. Manusia mampu mengubah apa yang ada di
alam ini
c. Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang
karenanya kehidupan mereka makin berkembang dan makin sempurna
d. Semua unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain
dapat dikuasai manusia dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
4. Budaya sebagai sarana kemajuan dan sebagai
ancaman
Filsuf
Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan
dirinya sendiri. Dalam berbudaya, manusia tidak menerima begitu saja apa yang
disediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut.
Dengan akal dan dayanya, manusia berusaha untuk merubah
sesuatu yang bersifat bahan mentah, yang disediakan oleh alam menjadi bahan
jadi yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan selalu
berfikir dan mencoba, menjadikan manusia menjadi maju. Lain halnya dengan
mereka yang tidak berminat untuk selalu berfikir dan mencoba. Pasti, akan
terlihat sekali perbedaan antara keduanya.
Selain sebagai kemajuan budaya juga bisa menjadi ancaman.
Budaya merupakan bahaya bagi manusia sendiri, yang dimaksud umpama tekhnik,
peradaban, pabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang
masih kotor, kediktatoran akal dan budaya yang tamat. Baginya budaya itu
menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan mematikan.
Begitulah keadaannya jika manusia mengembangkan
kebudayaannya tanpa memperhatikan etika. Akan terlihat sekali perbedaan antara
pengembangan kebudayaan yang memperhatikan etika dan yang tidak.
D. Metode
Pendidikan Humaniora
Tugas pendidikan masa kini, pertama-tama bukannya
mengajarkan “apa yang paling baik diketahui dan dipikirkan pada masa lampau”,
akan tetapi yang lebih penting adalah menyajikan informasi dan orientasi
terhadap masa kini, dan khususnya orientasi terhadap masa depan di mana
nantinya para siswa akan hidup di dalamnya. Dengan pendidikan seperti itu,
mereka akan memiliki kepekaan dan kemampuan-kemampuan untuk mengambil bagian
secara kreatif di berbagai kehidupan masa mendatang.
Mengingat masa lampau tidak akan memberikan kesegaran pada
masa kini dan yang akan datang. Sesuai dengan maqolah dalam buku “Laa Tahzan”
bahwasanya hari ini adalah milik anda. Yang perlu kita fikirkan adalah hari
ini, marilah kita hadapkan diri kita pada kejadian sekarang. Boleh juga kita
menoleh masa lampau, sekedar untuk pelajaran. Kita bisa mengoreksi diri kita
dengan melihat kesalahan-kesalahan pada masa lampau. Namun hanya sebatas itu,
jangan kita terlalu larut dalam kejadian masa lampau.
Pendidikan humaniora adalah pembinaan kualitas kepribadian
anak didik, yaitu untuk mencapai tujuan pengembangan “pribadi seutuhnya”, maka
perlu untuk disajikan program-program kegiatan belajar-mengajar yang sifatnya
non-verbal, sehingga memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kesadaran
kepekaannya, serta kemampuan-kemampuan lainnya untuk menikmati kehidupan aktual
dan bukan lagi terkungkung hanya di dalam lingkungan dunia intelek yang serba
abstrak.
Hal tersebut sangat penting, seseorang yang hanya intelek,
tidak akan seimbang jika tidak disertai dengan kecakapan. Orang yang tidak
cakap tidak akan mampu menunjukkan dan mengembangkan keintelekannya. Begitu
pula orang yang cakap tapi tidak intelek. Dia mampu menunjukkan dan
mengembangkan sesuatu. Akan tetapi, dia tidak punya sesuatu atau materi atau
bahan untuk ditunjukkan dan dikembangkan.
Selain hal-hal di atas, pendidikan humaniora juga
mementingkan masalah spiritual. Manusia tak cukup hanya kaya, tampan, cantik
dan berkecukupan. Orang yang tersebut tidak akan tenang hatinya tanpa adanya
ketenteraman hati. Hal ini dapat dicapai dengan selalu mendekatkan diri pada
sang khaliq dan mensyukuri nikmat-Nya.
KESIMPULAN
- Pendidikan humaniora adalah
pendidikan yang berorientasi untuk mendidik manusia menjadi manusia seutuhnya.
- Prinsip pendidikan
humaniora bertujuan membuat manusia lebih manusiawi atau untuk keselamatan dan
kesempurnaan manusia.
- Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Dengan adanya kebudayaan inilah yang melatarbelakangi pendidikan
humaniora.
- Bahwasanya manusia
diberkahi adanya akal dan budi daya yang menyebabkan cara dan pola hidup yang
berbeda diantara keduanya. Dan dengan adanya akal dan budidaya manusia adalah
sebagai pengemban nilai-nilai moral baik yang bersifat material maupun
spiritual.
- Dalam metode pendidikan
humaniora, anak didik dikenalkan pada pengembangan material dan spiritual.
(sumber
http://ibnu.blogspot.com/2009/10/pendidikan-humaniora.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar